Kuliah Umum Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy Perdalam Pemahaman Kepesantrenan di Al-Jauhar Tungkaran

Tungkaran, (3–5/8/2025) – Udara pagi di lantai dua Masjid Pondok Pesantren Al-Jauhar Tungkaran terasa sejuk, namun hawa khidmatnya jauh lebih dalam. Lantunan ayat suci Al-Qur’an dari suara jernih seorang santri membuka rangkaian Kuliah Umum Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy, sebuah tradisi yang selalu dinanti di awal tahun ajaran. Selama tiga hari, dari 3 hingga 5 Agustus 2025, seluruh keluarga besar pondok berkumpul untuk satu tujuan: meneguhkan nilai dan ajaran yang menjadi fondasi kehidupan santri.

Tema tahun ini, “Menjunjung tinggi nilai, memegang erat ajaran, dengan kebersamaan gapai rida Ilahi”, menjadi benang merah setiap sesi. Pimpinan Pondok, dalam amanatnya, mengajak seluruh santri baik yang baru maupun yang telah lama untuk kembali memahami hakikat hidup di pesantren. “Nilai-nilai yang kita pegang adalah pagar yang menjaga kita dari yang bathil. Tanpa pagar itu, kita mudah goyah,” ucap beliau tegas namun penuh kehangatan.

Materi yang disampaikan mencakup pengenalan mendalam tentang kepesantrenan, penjabaran Panca Jiwa (keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan), serta Panca Jangka yang menjadi panduan pengembangan pondok ke depan. Tidak ketinggalan, beliau memaparkan arti wakaf sebagai dasar berdirinya lembaga ini, amanah yang harus dijaga bersama, dan sarana keberlangsungan pendidikan generasi berikutnya.

Bagi santri baru, kuliah umum ini adalah gerbang masuk yang memaparkan wajah sejati pesantren: disiplin yang tak terpisahkan dari pengabdian, belajar yang menyatu dengan pengasuhan jiwa, dan kebersamaan yang tak lekang oleh waktu. Sementara santri lama menjadikannya momen refleksi, mengukur ulang komitmen yang mungkin mulai terkikis oleh rutinitas.

Suasana selama tiga hari itu dipenuhi keseriusan yang hangat. Setiap sesi tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan kesadaran: bahwa kehidupan di pondok bukan sekadar menguasai pelajaran atau lulus ujian, melainkan membentuk manusia yang beradab, tangguh, dan bermanfaat.

Seorang santri kelas akhir, Muhammad Zamzami, mengaku momen ini selalu meninggalkan kesan mendalam. “Kami diingatkan bahwa ilmu tanpa adab seperti pohon tanpa buah. Kuliah umum ini memupuk keduanya sekaligus,” ujarnya usai sesi penutup.

Ketika kuliah umum berakhir, gema ayat suci kembali mengisi ruangan. Namun kali ini, lantunannya terasa berbeda seakan membawa pulang pesan yang tak hanya terdengar, tapi juga tertanam di hati. Tradisi ini membuktikan bahwa di Pondok Pesantren Al-Jauhar Tungkaran, pendidikan adalah perjalanan jiwa yang ditempuh bersama, dengan nilai dan ajaran sebagai kompas, dan kebersamaan sebagai tenaga pendorong.

Pewarta : Abdul Rozak Fahrudin

Editor : Nugroho Widi

Share this Post

Panca Jiwa

  1. Jiwa Keikhlasan
  2. Jiwa kesederhanaan
  3. Jiwa Berdikari
  4. Jiwa Ukhuwwah Islamiah
  5. Jiwa Bebas

Motto

  1. Berbudi tinggi
  2. Berbadan Sehat
  3. Berpengetahuan Luas
  4. Berpikiran Bebas