Transformasi Nilai-Nilai Pesantren di Pondok Modern Gontor (Metode KH. Imam Zarkasyi)

Pondok Modern Gontor dikenal sebagai salah satu pesantren terkemuka di Indonesia yang berhasil mentransformasi nilai-nilai pesantren secara mendalam. Hal ini tidak lepas dari peran sentral kiai atau pengasuh yang menduduki hierarki puncak dalam struktur pesantren. Metode KH. Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Gontor, menjadi landasan utama dalam proses ini. Transformasi tersebut dilakukan melalui lima metode utama, empat media, serta didukung oleh faktor internal dan eksternal yang saling bersinergi.

 

Lima Metode Transformasi

1. Keteladanan

Kiai dan para ustadz di Gontor memberikan contoh langsung dalam perilaku sehari-hari. Keteladanan ini mencakup aspek spiritual, akademis, dan sosial yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren.

2. Conditioning

Lingkungan pesantren dibentuk sedemikian rupa untuk mendukung proses pendidikan. Santri didorong untuk menciptakan atmosfer yang kondusif bagi pembelajaran dan pengembangan diri.

3. Pengarahan

Para kiai dan ustadz memberikan bimbingan secara langsung kepada santri. Pengarahan ini bertujuan untuk membentuk karakter dan akhlak yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

4. Pembiasaan

Rutinitas harian di pesantren dirancang untuk membiasakan santri dalam menjalankan ibadah dan kegiatan positif lainnya. Pembiasaan ini dilakukan melalui kegiatan rutin seperti shalat berjamaah, belajar, dan berorganisasi.

5. Penugasan

Santri diberikan tanggung jawab dalam berbagai bidang, seperti kepemimpinan, organisasi, dan kegiatan sosial. Penugasan ini bertujuan untuk melatih santri menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

 

Empat Media Transformasi

1. Perkataan

Nilai-nilai disampaikan melalui ceramah, pengajian, dan diskusi. Perkataan kiai dan ustadz sangat berpengaruh dalam membentuk pemikiran dan sikap santri.

2. Perbuatan

Teladan yang baik ditunjukkan melalui tindakan nyata. Santri diajarkan untuk tidak hanya mendengar tetapi juga melihat dan meniru perbuatan baik dari para pendidik.

3. Tulisan

Buku, artikel, dan bahan bacaan lainnya digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai. Tulisan-tulisan kiai dan ustadz menjadi rujukan penting dalam proses pembelajaran.

4. Kenyataan

Pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari di pesantren menjadi media pembelajaran yang efektif. Santri belajar dari situasi dan kondisi yang mereka alami langsung di lingkungan pesantren.

 

Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal yang berperan dalam transformasi nilai-nilai ini meliputi:

1. Santri

Sebagai peserta didik, santri adalah pusat dari seluruh proses pendidikan di pesantren.

2. Guru (ustadz/mudarris)

Sebagai pendidik dan pengajar, guru memegang peranan penting dalam mentransfer ilmu dan nilai-nilai kepada santri.

3. Keluarga pondok

Keluarga yang tinggal di dalam atau di luar pondok turut serta mendukung proses pendidikan dengan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan nilai-nilai pesantren.

 

Faktor eksternal yang juga berpengaruh meliputi:

1. Wali murid

Orang tua santri memiliki peran dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka dengan mengikuti arahan dari pesantren.

2. Masyarakat

Masyarakat sekitar pesantren turut memberikan dukungan dan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan santri.

3. Pemerintah

Kebijakan dan dukungan dari pemerintah menjadi faktor penting dalam keberlangsungan dan perkembangan pesantren.

 

Nugie Oemar Bakri 

 

Share this Post

Panca Jiwa

  1. Jiwa Keikhlasan
  2. Jiwa kesederhanaan
  3. Jiwa Berdikari
  4. Jiwa Ukhuwwah Islamiah
  5. Jiwa Bebas

Motto

  1. Berbudi tinggi
  2. Berbadan Sehat
  3. Berpengetahuan Luas
  4. Berpikiran Bebas